hai

"
�hai T, kamu telpon ke Hp aku barusan?, tadi?�. Demikian sebuah pesan tiba2 masuk di telepon genggam saya. Saya kaget karena tak merasa� menghubungi teman saya itu. Setelah di perikssa ternyata saya tak sengaja telah menekan nomornya. Saya kemudian membalas pesanya itu. �aduuh� maafkan aku ya. Kepencet�.
Dia kemudian membalas dengan sebuah kalimat yang membuat sya malunya setengah mati. �oh oke. Aku pikir ada apa. Tak ada yang kebetulan kok, T. sudah lama kita tak bersua, ini saat tepat untuk mengucapkan hai, yang membuat orang bisa happy. Hahaha�.
Lama
Sudah lama kita tak bersua. Itu kalmat utama yang menohok dan membuat timbulnya rasa malu. Membuat orang happy adalah kalimat berikutnya yang menghujam. Lama, itu merupakan rentang waktu yang tidak sebentar, yang membuat orang jadi tak peduli, bukan menjadi lupa. Meski bisa saja terjadi.
Lama tak bersua merupakan ucapan yang dapat terjadi karena sejuta alasan. Dalam kasus ini, ssaya sudah tak ingat dnengan teman saya ini. Mengapa saya tak mengingatnyaitu adlah karena dia bukan prioritas, bukan sama sekali karena jarak kami yang saling berjauhan. Kalau prioritas sudah tidak ada, bagaimana saya bisa memeedulikanya. Bukankah anda juga setuju?
Ketidakpedulian akan menyebabkan tidak terciptanya sebuah hubungan. Ketidakpedulian tak melahrkan perbuatan yang mampu membahagiakan orang. Kata hai, yang hanya terdiri dari tiga huruf itu, ternyata bisa membahagiakan.
Tetapi itu tidak tersksekusi karena ketidakpedulian saya. Dan seringkali ketidakpedulian digugah hanya gara2 tak ada yang kebetulan di dunia ini. Dan tak ada yang kebetulan itu menciptakan pencerahan setelahnya.
Hai tak hanya sebuah kata menyapa, tetapi lebih dari itu ia memiliki makna yang lebih dalam. Menunjukan bahwa saya memiliki waktu untuk orang lain, menunjukan bahwa saya peduli. Hai juga merupakan sebuah alat yang mampu membuat saya menjadi orang yang bersyukur.
Kalaupun saya tak memilik kekasih ataupun pasasngan hidup, kata hai yang saya terima dari orang lain adalah sebuah genderang yang selalu akan mengingatkan kalau didunia ini masih ada manusia yang memedulikan saya. Sebuah pembelajaran hidup dari hal sederhana yang tampaknya seperti tak bermakna. Hal kecil yang mudah sekali di sepelekan.
Bahagia
�sudah lama kita tak bersua, ini saat tepat untuk mengucapkan hai, yang membuat orang bisa hapy�. Demikian kalimat teman saya diatas. Membuat orang bisa bahagia. Kalimat ni mengandung keinginan, yang akhirnya akan melahirkan usaha untuk dapat mewujudkanya.
Orang di dalam kalimat diatas� berarti bukan saya. Artinya saya melakukan untuk orang lain, menyediakan waktu untuk orng lain, member prioritas untuk orang lain. Orang lain itu sebutanya bermacam-macam. Ada yang disebut teman,orangtua, orangmuda, sahabat sampai musuh.
Semua orang memiliki persamaan, sama2 ingin diperhatikan, apalagi musuh. Perhatian itu dibutuhkan buakn untuk memanjakan, tetapi untuk menguatkan. Musuh itu terjadi karena kedua pihak atau lebih tak kuat menggeser keegoisan sehingga perhatian tidak terwujud.
Kekuatan yang dilahirkan dalam kata hai hanya bisa dirasakan kalau ada kebahagian yang menyokong didalamnya. Saya sudah mengalami betapa senagnya mengetahui ada yang memberi perhatian karena hati dan jiwa saya senang, saya bisa kuat.
Itu mengapa ada yang bisa mengatakan lautpun akan kusebrangi dan gunungpun akan kudaki. Kalaupun itu dianggap sebuah kalimat gombal, kalimat itu mencerminkan kekuatan yang dilahirkan dari sebuah kebahagiaan yang sangat. Jadi, membuat orang bahagia itu tidak semata-mata mengandunf=g arti membuat mereka senang, tetapi juga membuat mereka menjadi kuat.
Orang yang bisa mengucap kata hai dengan kesungguhan adalah seseorang yang sungguh kuat. Menurut saya, rahsaianya hanya satu. Seseorang harus kuat terlebi dahulu. Artinya, ia harus menjadi manusia yang terkbih dahulu berbahagia lahir batin sebelum membahagiakan orang lain. Ketidakbahagiaan tidak mampu menciptakan kekuatan.
Kadar kebahagiaan tiap orang berbda-beda, kadar itu yang memapukan untuk bisa cepat atau lambat dalam member perhatian, dalam memaafkan, dan terutama dalam mengurangi keegoisan.
Sejujurnya ssampai tulisan ini saya tuang, saya masih susah memaafkan.

Artinya saya belum bahaagia. Kalaupun sudah, kadar kebahagiaan itu belum mampu memaafkan orang lain. Kalau saya kemudian berpikir itu sebuah tindakan yang susah, itu bukan bermakna tidak bisa. Kalau saya tidak mau, itu yang menghasilkan ketidakbisaan. Isn�t it??
"
Source : http://gimana-gimana.blogspot.com/2014/07/hai.html
Previous
Next Post »