Setiap ibu hamil pasti menginginkan bayi yang dikandungnya dalam kondisi sehat dan lahir dengan selamat. Tapi pada kondisi-kondisi tertentu, ada beberapa bayi yang harus dilahirkan sebelum usia kehamilan genap mencapai 9 bulan atau prematur.
"Bayi yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut prematur. Penyebabnya bisa macam-macam, mulai dari kondisi ibunya, kelainan dalam kandungan, hingga karena genetik," kata dr Risma Kerina Kaban, SpA dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara Guest Lecture �How to Manage Long Term for High Risk Baby" di Aula FKUI, Jumat (2/11/2012).
Menurut dr Risma, bayi prematur biasanya memiliki bobot lahir yang rendah memiliki risiko gangguan kesehatan yang tinggi. Pada bayi dengan bobot lahir di bawah 1 kg, tingkat keselamatannya hanya 40-50 persen. Itulah sebabnya bayi berisiko tinggi seperti ini perlu mendapat perawatan khusus.
Di Indonesia, pelayanan terhadap bayi prematur bisa dibilang kurang optimal. Salah satu contohnya adalah layanan ambulans yang tidak dilengkapi inkubator. Hal ini tentu bermasalah jika pasien yang harus diantar adalah bayi lahir prematur.
"Akibatnya bayi lahir prematur waktu datang di rumah sakit sudah terlanjur agak parah kondisinya. Padahal waktu sejam awal setelah kelahiran itu kan paling penting bagi bayi-bayi yang berisiko," papar dr Risma.
Selain itu, dr Risma juga menyoroti beberapa layanan puskesmas yang tidak memiliki alat yang lengkap untuk menangani kelahiran prematur. Beberapa rumah sakit bahkan menggunakan AC sentral yang disetel pada suhu sekitar 16 derajat Celcius, termasuk di ruang bersalin dan ruang operasi. Padahal bayi prematur yang terkena suhu 32 derajat Celcius saja sudah bisa terkena hipotermia.
Bayi bobot lahir rendah baru diperkenankan dibawa pulang setelah beratnya mencapai 1,8 kg. Itu pun masih memerlukan pemeriksaan berkala maksimal sebulan sekali. Lamanya masa perawatan juga tergantung dari kondisi bayi.
"Semakin rendah bobotnya biasanya risikonya semakin tinggi dan waktu perawatannya juga lebih lama," imbuh dr Risma.
Yang mengkhawatirkan, seringkali bayi prematur masih mengalami masalah di kemudian hari walau berhasil bertahan hidup saat balita.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Cleveland, AS menemukan bahwa bayi yang memiliki berat lahir di bawah 750 gram memiliki IQ rata-rata sebesar 87 dan 21 persen berisiko mengidap keterbelakangan mental. Pada bayi yang bobot lahirnya 750-1.500 gram, rata-rata IQ-nya adalah 93 dengan risiko keterbelakangan mental sebanyak 8 persen.
Sebagai perbandingan, bayi dengan bobot lahir di atas 1.500 gram rata-rata memiliki IQ sebesar 100 yang termasuk kategori normal. Bayi ini hanya memiliki risiko mengalami keterbelakangan mental sebanyak 2 persen.
Share dan Komentari: Bagaimana Kesiapan Penanganan Bayi Lahir Prematur di Indonesia? Pada Kolom Berikut. Sumber artikel ini...
""Bayi yang dilahirkan sebelum usia kehamilan 37 minggu disebut prematur. Penyebabnya bisa macam-macam, mulai dari kondisi ibunya, kelainan dalam kandungan, hingga karena genetik," kata dr Risma Kerina Kaban, SpA dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM dalam acara Guest Lecture �How to Manage Long Term for High Risk Baby" di Aula FKUI, Jumat (2/11/2012).
Menurut dr Risma, bayi prematur biasanya memiliki bobot lahir yang rendah memiliki risiko gangguan kesehatan yang tinggi. Pada bayi dengan bobot lahir di bawah 1 kg, tingkat keselamatannya hanya 40-50 persen. Itulah sebabnya bayi berisiko tinggi seperti ini perlu mendapat perawatan khusus.
Di Indonesia, pelayanan terhadap bayi prematur bisa dibilang kurang optimal. Salah satu contohnya adalah layanan ambulans yang tidak dilengkapi inkubator. Hal ini tentu bermasalah jika pasien yang harus diantar adalah bayi lahir prematur.
"Akibatnya bayi lahir prematur waktu datang di rumah sakit sudah terlanjur agak parah kondisinya. Padahal waktu sejam awal setelah kelahiran itu kan paling penting bagi bayi-bayi yang berisiko," papar dr Risma.
Selain itu, dr Risma juga menyoroti beberapa layanan puskesmas yang tidak memiliki alat yang lengkap untuk menangani kelahiran prematur. Beberapa rumah sakit bahkan menggunakan AC sentral yang disetel pada suhu sekitar 16 derajat Celcius, termasuk di ruang bersalin dan ruang operasi. Padahal bayi prematur yang terkena suhu 32 derajat Celcius saja sudah bisa terkena hipotermia.
Bayi bobot lahir rendah baru diperkenankan dibawa pulang setelah beratnya mencapai 1,8 kg. Itu pun masih memerlukan pemeriksaan berkala maksimal sebulan sekali. Lamanya masa perawatan juga tergantung dari kondisi bayi.
"Semakin rendah bobotnya biasanya risikonya semakin tinggi dan waktu perawatannya juga lebih lama," imbuh dr Risma.
Yang mengkhawatirkan, seringkali bayi prematur masih mengalami masalah di kemudian hari walau berhasil bertahan hidup saat balita.
Sebuah penelitian yang dilakukan di Cleveland, AS menemukan bahwa bayi yang memiliki berat lahir di bawah 750 gram memiliki IQ rata-rata sebesar 87 dan 21 persen berisiko mengidap keterbelakangan mental. Pada bayi yang bobot lahirnya 750-1.500 gram, rata-rata IQ-nya adalah 93 dengan risiko keterbelakangan mental sebanyak 8 persen.
Sebagai perbandingan, bayi dengan bobot lahir di atas 1.500 gram rata-rata memiliki IQ sebesar 100 yang termasuk kategori normal. Bayi ini hanya memiliki risiko mengalami keterbelakangan mental sebanyak 2 persen.
Share dan Komentari: Bagaimana Kesiapan Penanganan Bayi Lahir Prematur di Indonesia? Pada Kolom Berikut. Sumber artikel ini...
Source : http://tips-untuk-bunda-dan-bayi.blogspot.com/2012/11/bagaimana-kesiapan-penanganan-bayi.html
ConversionConversion EmoticonEmoticon